Cinta Pertama Berbeda Maknanya dengan Cinta Sejati
Sesuatu yang
pertama biasanya berkesan dan selalu terkenang, apapun keadaan dan
hasilnya pada waktu itu, baik suka maupun duka, berhasil ataupun gagal.
Apalagi yang menyangkut cinta, sudah pasti tidak terlupakan. Ada
benarnya kata orang bahwa cinta pertama takkan pernah mati, first love never dies
istilah baratnya. Cinta pertama akan selalu dikenang karena di situlah
pertama kalinya sebagai manusia merasakan apa yang sering dikatakan
orang bahwa cinta itu indah, cinta itu suci, cinta penuh pengorbanan,
dan beberapa atribut istilah lainnya. Ketika merasakan perasaan cinta,
dunia ini terasa indah, perilaku kadang aneh-aneh, senyum sendiri,
pekerjaan berat terasa ringan demi menyenangkan seorang yang dicintainya
itu. Maklum saja pada saat itu logika perasaan lebih berperan daripada
logika akal.
Cinta pertama memang
datang begitu saja, tiba-tiba tanpa terencana. Seseorang kadang sulit
menjelaskan mengapa ia jatuh cinta dan mengapa kepada seseorang itu.
Bagi yang bersifat terbuka ia akan berani mengutarakan perasaan hatinya,
terlepas apa hasilnya nanti. Bagi yang bersifat tertutup ia akan
memendam perasaannya itu, biar hanya ia dan Tuhanlah yang tahu. Bisa
jadi hal itu karena malu, tidak siap, segan, atau tidak ada keberanian.
Betapapun kondisinya kehadiran cinta pertama memberi arti tersendiri
dalam kehidupan, akan anugerah pemberian Tuhan.
Indahnya cinta pertama
tidak mesti berakhir dengan mulus, ini terjadi karena seseorang yang
dicintainya itu ternyata tidak mencintainya juga (tidak cinta bukan
berarti benci), biasanya karena alasan klasik: tidak ada
kecocokan. Hal itu dikarenakan adanya kesenjangan yang tidak dapat
dikompromikan, perbedaan status sosial, prinsip, usia, dan yang paling
mendasar: keyakinan. Bagi yang masih sekolah cinta pertama sering
disamakan dengan cinta monyet. Para siswa itu ada yang mensikapinya
secara berlebihan, menjadikan sebagai pac`r misalnya. Beberapa
diantaranya bersikap cukup dewasa bahwa semua itu berkenaan dengan perkembangan diri. Maka kehadiran cinta
pertama (baca: cinta monyet) tidak mengganggu prestasi belajar, apalagi
ditambah proteksi orang tua yang mewanta-wanti agar tidak berpacaran
pada masa sekolah.
Perpisahan berlatar belakang cinta
pertama kadang menyisakan kecewa, sedih, stress, depresi, bahkan ada
yang mencoba bunuh diri. Tetapi tidak semua orang menyikapinya dengan
negatif, rasa “sakit hati” dapat diterima dengan lapang dada, karena
sudah menjadi konsekwensi bahwa berani jatuh cinta berani pula patah
hati. Bahwa dunia tidaklah kiamat walau tidak bersama dengan dia, banyak
istilah dipakai untuk menghibur mulai dari cinta tidak mesti memiliki,
belum berjodohlah, atau pasti akan dapat yang terbaik di kemudian hari.
Bagi banyak orang
cinta pertama bukanlah segala-galanya. Teringat apa yang dikatakan Rano
Karno yang berperan sebagai Doel dalam sinetron sukses Si Doel Anak Sekolahan.
Seperti yang dikisahkan Sarah kekasih Doel mempertanyakan ketulusan
cinta Doel kepadanya, karena Sarah tahu bahwa ia bukan cinta pertama
Doel. Dengan bermaksud menghibur Si Doel
berkata, “Tidaklah penting cinta pertama, kedua, bahkan cinta
keseribu…karena semuanya itu berbeda maknanya dengan cinta sejati”.
Suatu jawaban yang bijak dan melegakan.
Adanya cinta pertama
merupakan pijakan sebagai pembuka dan tangga awal untuk memahami dan
menemukan akan cinta sejati tidak dalam pengertian yang sempit.
Menggambarkan cinta sejati paling tidak seperti apa yang dituliskan Eric
Fromm dalam bukunya The Art of Loving yang menyatakan bahwa cinta membahas empat aspek yaitu: pengetahuan (knowledge), peduli (care) , rasa hormat (respect), dan tanggung jawab (responsibility). Cinta
sejati juga memerlukan pengorbanan, maka seseorang kadang lebih
berbahagia melihat yang dicintai itu bahagia dibanding memaksakan diri
untuk memilikinya. Cinta sejati kadang menyisakan tragedi (kasih tak
sampai) seperti kisah Siti Nurbaya, Romeo dan Juliet, Laela Majenun,
padahal kedua belah pihak saling mencintai. Sebuah kisah yang bukan
picisan apalagi cabul.
Menjadikan cinta
pertama sebagai pelajaran adalah suatu yang sangat bijak, orang pun akan
terus mencari dan mendambakan cinta sejati. Maka dalam perjalanannya
kadang terkesan trial and error, akibatnya sering berganti pasangan sampai bertemu yang benar-benar cocok. Kata-kata bersifat gombal akan diluncurkan lelaki yang berlabel playboy kepada calon pasangannya. Dengan beberapa kalimat yang lazim diucapkan seperti penggalan lagu Mus Mujiono, Arti Kehidupan, “Engkau bukan yang pertama tapi pasti yang terakhir…Di cintamu kutemui arti hidupku”. PREEET!
0 komentar:
Posting Komentar