Sahabat, Tahukah kamu apa sisi negatif pacaran??
Sahabat..
Pada zaman modern seperti sekarang ini
istilah pacaran mungkin sudah tidak tabu lagi, mulai dari remaja yang
menginjak bangku sekolah tingkat pertama hingga menjadi mahasiswa,
pacaran adalah hal yang biasa dan bahkan bisa di katakan gak gaul gak
punya pacar, gak laku dan sebagainya. Sehingga remaja sekarang mengambil
sebuah kesimpulan bahwa pacaran itu harus dengan alasan yang
bermacam-macam, mereka pada gengsi kalau gak punya pacar, malu jalan
sendiri hingga tidak berani keluar beli makan sendiri karena melihat
teman-temannya pada boncengan bareng, jalan bareng, hingga akifitas
sehari-hari bareng.
Awal mulanya para remaja menganggap
pacaran adalah awal sebuah pembelajaran dengan mencoba mengerti karakter
dan kepribadian masing-masing. Argumentasinya adalah sebelum memastikan
menuju ke proses pernikahan ada bagusnya mengenal dulu calon pasangan
tersebut yaitu dengan cara pacaran. Tapi apakah benar kesimpulan
seperti itu?
Justru sebaliknya, pacaran adalah sesuatu yang irrasional atau tidak rasional. Dengan pacaran orang terpaksa, secara sadar atau tidak, untuk mencari kesempurnaan. Pembandingan selalu terjadi: dia lebih baik, dia lebih perhatian, dia lebih cakep, dia lebih pintar, dia lebih memahaimi saya dsb. Sehingga pacaran bertujuan menemukan sesorang yang sempurna. Padahal insan yang jatuh jatuh cinta (hati) berdasar pada ketidaksempurnaan: Canda dia, senyum dia, cara dia berbiacara, suara saat tertawa, sendu saat menangis hingga wajahnya ketika bengong. Singkatnya kita justru hanya bisa mengerti yang tak sempurna.
Apakah banyak pacaran juga bisa menjadi kutukan. Semakin banyak bekas pacar, semakin banyak kemungkinan membanding-bandingkan. Jika akhirnya menikah, bagaimana membicarakan bekas pacar dengan pasangan? Padahal bekas pacar itu punya andil membentuk diri kamu, kepribadian kamu dan karakter kamu sekarang setelah menikah. Menyakiti dan disakiti tak bisa hilang begitu saja karena itu bagian dari pengalaman pribadi. Bekas pacar adalah termasuk pengalaman penting, tapi terpaksa ditekan dari kenangan yang terus menghntuimu. Semakin banyak bekas pacar, semakin banyak yang harus ditekan.
Justru sebaliknya, pacaran adalah sesuatu yang irrasional atau tidak rasional. Dengan pacaran orang terpaksa, secara sadar atau tidak, untuk mencari kesempurnaan. Pembandingan selalu terjadi: dia lebih baik, dia lebih perhatian, dia lebih cakep, dia lebih pintar, dia lebih memahaimi saya dsb. Sehingga pacaran bertujuan menemukan sesorang yang sempurna. Padahal insan yang jatuh jatuh cinta (hati) berdasar pada ketidaksempurnaan: Canda dia, senyum dia, cara dia berbiacara, suara saat tertawa, sendu saat menangis hingga wajahnya ketika bengong. Singkatnya kita justru hanya bisa mengerti yang tak sempurna.
Apakah banyak pacaran juga bisa menjadi kutukan. Semakin banyak bekas pacar, semakin banyak kemungkinan membanding-bandingkan. Jika akhirnya menikah, bagaimana membicarakan bekas pacar dengan pasangan? Padahal bekas pacar itu punya andil membentuk diri kamu, kepribadian kamu dan karakter kamu sekarang setelah menikah. Menyakiti dan disakiti tak bisa hilang begitu saja karena itu bagian dari pengalaman pribadi. Bekas pacar adalah termasuk pengalaman penting, tapi terpaksa ditekan dari kenangan yang terus menghntuimu. Semakin banyak bekas pacar, semakin banyak yang harus ditekan.
Teori ini bersifat terbalik dengan
masa-masa dulu, karena dulu menjelaskan bahwa pasangan zaman dahulu
lebih banyak yang abadi padahal mereka di jodohkan oleh orang tua
mereka. Jawabannya mungkin karena mereka tidak tahu, belum pernah
pacaran atau sedikit pacaran, sehingga mereka tidak mempunyai referensi
pembanding yang kadang kita bingung karena mencari kesempurnaan..
Pelajaran yang dapat di petik adalah:
Jangan terlalu banyak pacar dan sering berganti-ganti pacar karena kamu
bakal terus menerus melakukan perbandingan yang akhirnya membuat kamu
stress dan bingung sendiri. Karena perbandingan hal semacam ini bisa tak
berhenti meskipun telah menikah. Kesimpulannya pacaran justru kebalikan
sifat mencari ilmu, semakin banyak mencari, semakin tidak menemukan
yang dicari.
karena pada hakikatnya kita mencari
pasangan berdasar pada ketidaksempurnaan..sehingga punya tanggung jawab
bersama-sama dalam melengkapi kekurangan itu..
Pikirkan lah dengan bijak wahai sahabat…..
0 komentar:
Posting Komentar